Oleh: Marwah Daud Ibrahim
"BU Marwah, kami sudah menyiapkan gulai kepala ikan, ballado, rendang, dan berbagai makanan enak khas Padang untuk Ibu." Demikian kurang lebih inti ajakan Pak Herman Nawas dan Ibu Zerni kepada tim kami dari Jakarta setelah kami salat Duhur berjamaah seusai berdialog dengan mahasiswa serta berkeliling melihat dan mengagumi kampus Universitas Putra Indonesia, Padang, yang, subhanallah, sangat indah, modern, dan religius.
Dalam kondisi biasa, ajakan makan enak pada siang akan merangsang selera makan. Saya yakin"bahwa "niat" dan "tekad" saya"untuk berpuasalah ketika sahur di hotel, walaupun"hanya dengan air minum dan segelas susu, telah menjadi penyebab mengapa kalimat berisi ajakan makan enak di jam makan siang Juni lalu itu tidak memunculkan hasrat makan sama sekali. Syukurlah, beliau berdua sangat mengerti dan bahkan mengapresiasi niat kami untuk melanjutkan puasa hari itu.
Pengalaman dengan keluarga Pak Herman di Padang dan berbagai pengalaman serupa membuat saya meyakini "kekuatan niat". Saya yakini betul bahwa rahasia kekuatan"yang ada di balik niat itu menjadi salah satu penyebab penting mengapa niat disyaratkan, bahkan salah satu kunci utama, dalam ibadah puasa itu, bahkan semua ibadah lainnya.
"Saya berniat puasa karena Allah." Niat yang kuat, ikhlas, yang kita ucapkan dengan kesadaran penuh akan memengaruhi alam mikrokosmos (dalam diri kita) dan menghubungkan kita dan mengalirkan energi dari Allah SWT dan alam makrokosmos ciptaan-Nya ke dalam diri kita. Niat itulah memberi kita kekuatan untuk tidak merasa lapar, haus, capai, tapi tetap penuh energi dan vitalitas dalam kondisi berpuasa.
Buku Dr Kazuo Murakami, The Divine Message of the DNA, Tuhan dalam Gen Kita, terbitan Mizan 2007 dapat membantu kita dalam menyingkap rahasia kekuatan niat yang diajarkan Rasulullah 1.400 tahun lalu. Ahli genetika terkemuka dunia yang memenangi Max Planck Research Award dan Japan Academy Prize itu menyatakan bahwa pikiran kita memengaruhi cara kerja gen kita.
Lalu, bagaimana pikiran kita bisa memengaruhi gen-gen kita. Sebelum membahas lebih jauh, perlu kita ketahui bahwa setiap kilogram berat badan, kata Dr Murakami, terdiri atas sekitar satu triliun sel. Bayi lahir memiliki sekitar tiga triliun sel. Seorang dengan berat badan"60 kilogram"memiliki 60 triliun sel. Nukleus sel mengandung asam deoksiribnukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA). DNA yang terdiri atas dua untai berbentuk spiral, yang terdapat molekul-molekul dengan nama yang disingkat dalam empat guruf: A,T, C, dan G. Itulah kode genetik yang menyimpan semua informasi untuk membentuk dan mengatur kehidupan kita. Yang luar biasa bahwa setiap nekleus dari satu buah sel manusia memiliki tiga miliar huruf DNA. Tiga miliar dikalikan dengan 60 triliun. Subhanallah.
Yang sungguh mencengangkan adalah semua kode genetika manusia, yang tersusun dari lebih dari tiga miliar huruf kimia, tersimpan dalam untaian berukuran mikrokospik dengan berat satu per 200 miliar gram dan lebar 1/500.000 milimeter. Untuk memvisualisasi, Dr Murakami mengajak kita membayangkan mengiris sebuah kawat berdiameter satu millimeter secara memanjang menjadi satu per seratus bagian. Hasilnya begitu halus dan akan hancur ditiup angin. Tiap helaian tadi masih ada lima ribu kali lebih tebal daripada sehelai DNA. Jika semua DNA dari seluruh manusia dunia yang lebih enam miliar orang disatukan, kumpulan DNA tersebut hanya akan menjadi seberat satu butir beras. Dunia gen, dunia mikrokosmos yang tak terhingga kecilnya ternyata luar biasa dahsyat pengaruhnya dalam hidup kita.
Lalu, apa hubungan DNA dengan kekuatan niat yang menjadi bahasan Hikmah Ramadan kita dalam tulisan ini? Hubungannya sangat erat. Niat berpuasa digerakkan oleh pikiran sadar kita untuk melaksanakan salah satu perintah Allah SWT ibarat perintah dari komandan berkuasa penuh yang"menyebabkan seluruh prajurit berjumlah lebih kurang 60 triliun sel tunduk patuh mengikuti perintahnya. Itu sebabnya, ketika kita sudah meniatkan berpuasa, seluruh gen yang menggerakkan rasa lapar untuk sementara di-off atau dimatikan sehingga tak memunculkan rasa atau hasrat untuk makan seperti yang saya rasakan di kampus UPI, Padang, dan seperti yang, insya Allah, kita rasakan semua ketika kita sudah sungguh berniat berpuasa Ramadan.
Semoga dalam Spirit Ramadan 1430 H ini kita bisa mengasah "Dahsyatnya Kekuatan Niat" dalam kehidupan kita. Selain"niat untuk berpuasa, kita bisa memakai kekuatan niat untuk berpikir, berbicara, dan berperilaku positif terhadap diri kita, tempat kerja kita, pemimpin kita, rakyat kita, serta daerah dan negara kita.
Jika kita meniatkan untuk berpikir, berbicara, berperilaku positif, serta memberikan yang terbaik dan meninggalkan kebiasaan buruk dalam hidup kita, seluruh alam mikrokosmos (triliunan sel dan DNA kita akan tunduk patuh bekerja mengikuti perintah pikiran dan niat kita), dan makrokosmos akan bekerja mendukung kehendak sadar atau niat kita, dan yakinlah Allah SWT, insya Allah, akan memenuhi janji-Nya mengubah nasib bangsa kita. Semoga akan menjadikan Indonesia Maju 2025 dan Nusantara Jaya 2045: memimpin peradaban bukan hanya di Asia, tapi dunia. Selamat menunaikan ibadah puasa. (radarsulteng.com)
"BU Marwah, kami sudah menyiapkan gulai kepala ikan, ballado, rendang, dan berbagai makanan enak khas Padang untuk Ibu." Demikian kurang lebih inti ajakan Pak Herman Nawas dan Ibu Zerni kepada tim kami dari Jakarta setelah kami salat Duhur berjamaah seusai berdialog dengan mahasiswa serta berkeliling melihat dan mengagumi kampus Universitas Putra Indonesia, Padang, yang, subhanallah, sangat indah, modern, dan religius.
Dalam kondisi biasa, ajakan makan enak pada siang akan merangsang selera makan. Saya yakin"bahwa "niat" dan "tekad" saya"untuk berpuasalah ketika sahur di hotel, walaupun"hanya dengan air minum dan segelas susu, telah menjadi penyebab mengapa kalimat berisi ajakan makan enak di jam makan siang Juni lalu itu tidak memunculkan hasrat makan sama sekali. Syukurlah, beliau berdua sangat mengerti dan bahkan mengapresiasi niat kami untuk melanjutkan puasa hari itu.
Pengalaman dengan keluarga Pak Herman di Padang dan berbagai pengalaman serupa membuat saya meyakini "kekuatan niat". Saya yakini betul bahwa rahasia kekuatan"yang ada di balik niat itu menjadi salah satu penyebab penting mengapa niat disyaratkan, bahkan salah satu kunci utama, dalam ibadah puasa itu, bahkan semua ibadah lainnya.
"Saya berniat puasa karena Allah." Niat yang kuat, ikhlas, yang kita ucapkan dengan kesadaran penuh akan memengaruhi alam mikrokosmos (dalam diri kita) dan menghubungkan kita dan mengalirkan energi dari Allah SWT dan alam makrokosmos ciptaan-Nya ke dalam diri kita. Niat itulah memberi kita kekuatan untuk tidak merasa lapar, haus, capai, tapi tetap penuh energi dan vitalitas dalam kondisi berpuasa.
Buku Dr Kazuo Murakami, The Divine Message of the DNA, Tuhan dalam Gen Kita, terbitan Mizan 2007 dapat membantu kita dalam menyingkap rahasia kekuatan niat yang diajarkan Rasulullah 1.400 tahun lalu. Ahli genetika terkemuka dunia yang memenangi Max Planck Research Award dan Japan Academy Prize itu menyatakan bahwa pikiran kita memengaruhi cara kerja gen kita.
Lalu, bagaimana pikiran kita bisa memengaruhi gen-gen kita. Sebelum membahas lebih jauh, perlu kita ketahui bahwa setiap kilogram berat badan, kata Dr Murakami, terdiri atas sekitar satu triliun sel. Bayi lahir memiliki sekitar tiga triliun sel. Seorang dengan berat badan"60 kilogram"memiliki 60 triliun sel. Nukleus sel mengandung asam deoksiribnukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA). DNA yang terdiri atas dua untai berbentuk spiral, yang terdapat molekul-molekul dengan nama yang disingkat dalam empat guruf: A,T, C, dan G. Itulah kode genetik yang menyimpan semua informasi untuk membentuk dan mengatur kehidupan kita. Yang luar biasa bahwa setiap nekleus dari satu buah sel manusia memiliki tiga miliar huruf DNA. Tiga miliar dikalikan dengan 60 triliun. Subhanallah.
Yang sungguh mencengangkan adalah semua kode genetika manusia, yang tersusun dari lebih dari tiga miliar huruf kimia, tersimpan dalam untaian berukuran mikrokospik dengan berat satu per 200 miliar gram dan lebar 1/500.000 milimeter. Untuk memvisualisasi, Dr Murakami mengajak kita membayangkan mengiris sebuah kawat berdiameter satu millimeter secara memanjang menjadi satu per seratus bagian. Hasilnya begitu halus dan akan hancur ditiup angin. Tiap helaian tadi masih ada lima ribu kali lebih tebal daripada sehelai DNA. Jika semua DNA dari seluruh manusia dunia yang lebih enam miliar orang disatukan, kumpulan DNA tersebut hanya akan menjadi seberat satu butir beras. Dunia gen, dunia mikrokosmos yang tak terhingga kecilnya ternyata luar biasa dahsyat pengaruhnya dalam hidup kita.
Lalu, apa hubungan DNA dengan kekuatan niat yang menjadi bahasan Hikmah Ramadan kita dalam tulisan ini? Hubungannya sangat erat. Niat berpuasa digerakkan oleh pikiran sadar kita untuk melaksanakan salah satu perintah Allah SWT ibarat perintah dari komandan berkuasa penuh yang"menyebabkan seluruh prajurit berjumlah lebih kurang 60 triliun sel tunduk patuh mengikuti perintahnya. Itu sebabnya, ketika kita sudah meniatkan berpuasa, seluruh gen yang menggerakkan rasa lapar untuk sementara di-off atau dimatikan sehingga tak memunculkan rasa atau hasrat untuk makan seperti yang saya rasakan di kampus UPI, Padang, dan seperti yang, insya Allah, kita rasakan semua ketika kita sudah sungguh berniat berpuasa Ramadan.
Semoga dalam Spirit Ramadan 1430 H ini kita bisa mengasah "Dahsyatnya Kekuatan Niat" dalam kehidupan kita. Selain"niat untuk berpuasa, kita bisa memakai kekuatan niat untuk berpikir, berbicara, dan berperilaku positif terhadap diri kita, tempat kerja kita, pemimpin kita, rakyat kita, serta daerah dan negara kita.
Jika kita meniatkan untuk berpikir, berbicara, berperilaku positif, serta memberikan yang terbaik dan meninggalkan kebiasaan buruk dalam hidup kita, seluruh alam mikrokosmos (triliunan sel dan DNA kita akan tunduk patuh bekerja mengikuti perintah pikiran dan niat kita), dan makrokosmos akan bekerja mendukung kehendak sadar atau niat kita, dan yakinlah Allah SWT, insya Allah, akan memenuhi janji-Nya mengubah nasib bangsa kita. Semoga akan menjadikan Indonesia Maju 2025 dan Nusantara Jaya 2045: memimpin peradaban bukan hanya di Asia, tapi dunia. Selamat menunaikan ibadah puasa. (radarsulteng.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar