Minggu, 18 Juli 2010

As-Shabab Mempengaruhi Konstalasi Politik Afrika?


As-Shabab menjadi fenomena baru di gugusan negara Afrika. Kelompok yang mendapatkan julukan dari pemerintahan Barat, sebagai kelompok 'militan', tidak salah kalau itu dikaitkan dengan sebuah tekad dari kelompok itu, yang ingin membebaskan negara dari pengaruh asing, termasuk AS di negeri itu.
Ketika saat orang-orang kaya dan orang-orang asing berdesakan di sebuah tempat, yang sudah biasa menjadi tempat mereka mangkal, mereka sedang menikmati final piala dunia, tiba-tiba terjadi ledakan yang dahsyat. Tak ayal, lebih dari 74 orang tewas, dan puluhan lainnya luka-luka. Mungkin jumlah mereka akan terus bertambah. Darah berceceran di ibukota Uganda Kampala. Akibat ledakan bom yang dahsyat.
Ini menandai sikap As-Shabab yang menolak Uganda ikut campur dalam masalah Somalia. Di mana Uganda yang sekarang ini menjadi Presiden Uni Afrika, dan menempatkan pasukan perdamaian, dan berperang dengan pasukan As-Shabab. Kelompok As-Shabab yang dipimpin Ali Mukthar Robow atau Abu Mansur, benar-benar merupakan kekuatan gerilyawan yang tangguh. Pemerintahan Somalia yang dipimpin Presiden Sharif Ahmed, tak berkutik, dan hanya mengontrol sedikit wilayah di Somalia. Bahkan, ibukota Somalia, Mogadishu, itupun berada di bawah pengaruh dan kontrol As-Shabab.
Ali Mukthar Robow menuntut agar segera pasukan perdamaian Uni Afrika itu segera hengkang dari Mogadishu. Sebelumnya, pasukan Ethiopia yang ditempatkan oleh PBB, tak mampu lagi bertahan, dan hengkang dari Mogadishu. As-Shabab merupakan kekuatan pejuang yang tangguh dan mempunyai senjata yang sangat canggih, dan mendapatkan dukungan dari berbagai kekuatan perjuangan dari berbagai negara.
Bahkan, banyak anak-anak muda Somalia, yang berasal dari berbagai negara, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Arab, dan mereka bergabung dan ikut bersama-sama dengan kelompok As-Shabab. Inilah perkembangan baru yang terjadi di Tanduk Afrika. Presiden Jimmy Carter pernah mengirimkan pasukan ke Somalia, saat negeri itu dilanda perang saudara, tetapi pasukan AS itu gagal menguasai Mugadishu, dan bahkan pasukan AS yang tewas mayatnya diseret-seret di jalan-jalan Mogadishu, yang menyebabkan pemerintah AS segera membawa pulang pasukan mereka dari Mogadihsu.
Perlawanan yang sangat keras dari para pejuang yang tergabung As-Shabab terhadap hegemoni Barat, termsuk terhadap kaki tangannya, ini akan mempunyai pengaruh secara luas, khususnya dalam menghadapi hegemoni Barat di kawasan Afrika.
Kelompok As-Shabab telah merekrut ribuan pemuda dari berbagai wilayah dan daerah di seluruh Somalia, yang siap bertempur melawan hegemoni Barat dan pemerintahan dibawah Sharif Ahmed, yang didukung PBB, dan pasukan Uni Afrika.
Sejumlah pemimpin Afrika yang pro Barat, was-was menghadapi situasi dan perkembangan di Somalia, dan mereka mengkawatirkan Somalia akan jatuh ke tangan kelompok As-Shabab, dan ini akan menjadi faktor perubahan yang luas di Afrika, khususnya pengaruh gerakan Islam di kawasan itu.
Tentu, yang lebih penting lagi, kelompok As-Shabab menampik demokrasi, yang selama ini banyak diagung-agungkan oleh Barat dan para pendukungnya. (eramuslim.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar