Senin, 11 Januari 2010

Polemik (Tahunan) Ummat Islam Seputar Natal

Oleh: Imamul Abrar al-Parigy
TIDAK terasa waktu telah membawa kita kembali pada momen dimana Ummat Islam kembali saling beradu argumen soal kontroversi pengucapan "Selamat Natal" pada ummat Kristiani। khusus di 2009 ini ummat Islam yang sebelumnya bersatu padu dalam suka cita Idul Adha dan tahun Baru 1431 Hijriah, harus kembali terpecah dalam menyikapi "suka cita" ummat Kristiani yang merayakan hari Natal yang didefenisikan sebagai hari lahirnya Sang Kristus, Mesias, Juru Selamat, Anak Allah (Tuhan), serta istilah-istilah lainnya
Ada beberapa golongan Ummat yang merasa bahwa pengucapan "selamat" atas perayaan tersebut merupakan suatu tindakan yang wajar, normal, bahkan dianjurkan demi mempererat persaudaraan antar agama, serta dengan alasan dan pemahaman bahwa Jesus itu sama dengan Isa AS yang oleh ummat Islam merupakan seorang Nabi dan Rasul utusan Allah. Sehingga memperingati Natal berarti memperingati hari lahir Isa AS. Namun tidak sedikit pula beberapa kalangan dari ummat Islam yang sangat melarang dan menentang pendapat golongan pertama tadi dengan alasan kemurnian aqidah yang harus dijaga, serta sebagian lain berpendapat bahwa Jesus bukanlah Isa. Melalui catatan ini, kami ingin "mengambil bagian" dalam polemik tersebut.
Jika ingin membahas seputar masalah ini, setidaknya kita akan melihat beberapa sub bahasan masalah yang terkait erat dengan "Selamat Natal" tersebut. Yaitu dimulakan dari pengertian dan maksud dari Natal itu sendiri, hingga bagaimana sikap panutan Ummat Islam (Muhammad SAW dan para Ulama) terhadap masalah ini.

Apa Sebenarnya Natal Itu?
Untuk pembahasan ini kami akan mencantumkan defenisi Natal menurut sumber yang kami yakini sebagai sumber "Netral".
Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya bagi umat Kristen. Dalam hari ini yang jatuh pada 25 Desember, kelahiran Yesus Kristus diperingati. Meski para pakar dewasa ini sepakat bahwa Yesus kemungkinan besar sebenarnya tidak lahir pada hari ini, hari kelahirannya tetap dirayakan pada 25 Desember. Hal ini dibuktikan dengan cerita adanya para gembala yang sedang menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember - Januari, di daerah Timur Tengah, justru mengalami musim dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/natal)
Lalu masih dalam site yang sama, juga dijelaskan tentang asal-usul Natal. Sudah bisa dipastikan 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Pada bulan Desember tidak mungkin para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput sebab musim dingin pada saat tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi.Dalam tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi dewa pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut agama Kristen tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, Paus Julius I memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama.
Pendapat lain mengatakan bahwa hari Natal ditetapkan jatuh pada 25 Desember pada abad ke IV oleh kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I. 25 Desember tersebut dipilih sebagai Natal karena bertepatan dengan kelahiran Dewa Matahari (Natalis Solis Invicti atau Sol Invictus atau Saturnalia) yang disembah oleh bangsa Romawi. Perayaan Saturnalia sendiri dilakukan oleh orang Romawi kuno untuk memohon agar Matahari kembali kepada terangnya yang hangat(Posisi bumi pada bulan Desember menjauh dari matahari, seolah-olah mataharilah yang menjauh dari bumi).
Oleh karena itu, ada dua aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal, yaitu aliran Advent dan Saksi-Saksi Yehuwa. Berkenaan Saksi-Saksi Yehuwa, mereka mulai tidak merayakan Natal sejak 1926 ketika mereka mengetahui bahwa Natal memunyai asal-usul Kafir, menurut buku Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah, 1993, halaman 198-200.
Meskipun kapan hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen mainstream sepakat untuk menetapkan hari natal jatuh setiap 25 Desember dalam kalender gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain seperti paskah dan Jumat agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, dimana yang terpenting bukanlah ketepatan tanggalnya namun essensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari. (http://id.wikipedia.org/wiki/natal).Jadi, orang-orang kristiani sendiri (sebagai pelaku utama) perayaan Natal TIDAK mengakui bahwa pada tanggal tersebutlah Jesus dilahirkan. Lalu, bagaimana dengan kelahiran Jesus itu sendiri..?? ada perbedaan pandangan antara Ummat Islam berdasarkan Alquran dan Kristiani berdasarkan Bibel dalam hal ini.

Versi Kristen (Bibel)
dalam Bibel, cerita mengenai kelahiran Jesus ini terdapat dalam Injil Matius dam Lukas dengan sedikit perbedaan redaksional. dijelaskan Lukas bahwa Jesus dilahirkan di sebuah kandang domba ketika Maria dan suaminya (Yusuf/Yoseph) dalam perjalanan menuju Bethlehem dari Nazaret untuk mengikuti program sensus yang diadakan oleh Kaisar Agustus. Diceritakan pula dalam riwayat-riwayat Nasrani bahwa kelahiran Jesus diiringi oleh munculnya bintang yang terlihat sangat besar yang menunjukkan letak/posisi sang juru selamat itu dilahirkan. Namun dalam hal ini, para sejarahwan dan para astronom belum menemukan bukti bahwa pada hari itu tampak dari bumi sebuah bintang yang sangat besar yang belum pernah tampak sebelumnya.

Versi Islam (Alquran)
Dalam Alquran, cerita mengenai lahirnya Jesus (selanjutnya disebut Isa AS) terdapat pada QS. Maryam,:16-40. Di sini terlihat jelas perbedaan cerita dari aspek redaksional dan aspek kronologi. berikut terjemahannya:
16. Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,
17. maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
18. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa."
19. Ia (Jibril as) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."
20. Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"
21. Jibril berkata: "Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."
22. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan."
24. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
26. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini."
27. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
28. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",
29. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
30. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
31. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
34. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
35. Tidak layak bagi Allah memunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.
36. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.
37. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.
38. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.
39. Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.
40. Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.

Yah, setelah membaca sekilas penjelasan di atas, maka kita mendapatkan pertanyaan baru, apakah Jesus yang diyakini oleh ummat kristiani sebagai Sang Mesias (Juru Selamat) sekaligus sebagai anak Allah (Tuhan Anak) itu sama dengan Isa Al-Masih AS yang diyakini oleh ummat Islam sebagai seorang Nabi dan Rasul utusan Allah SWT (saja)?? Jika sama, tentunya di antara dua versi di atas, ada yang merupakan CERITA PALSU dan ada yang merupakan KISAH ASLI.
Dan apakah mengucapkan "Selamat Natal" yang notabene merupakan perayaan untuk memperingati hari lahir Jesus/Isa (tentunya menurut versi pertama) merupakan suatu tindakan yang benar ataukah hanya merupakan tindakan sia-sia bahkan membawa kita pada perbuatan dosa yang merusak aqidah??
Sebagai makhluk yang dikaruniai akal untuk berilmu ilmu oleh-Nya, tentunya kita telah dapat mengambil keputusan dan sikap yang jelas। Wallahu A`lam. (Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar